Kementerian Pekerjaan Umum (PU) akan memberikan pelatihan konstruksi kepada santri di pondok pesantren, sebuah langkah yang diharapkan dapat meningkatkan keterampilan dan pengetahuan para santri dalam bidang bangunan. Menteri PU, Dody Hanggodo, mengungkapkan bahwa pelatihan ini menjadi bagian dari respons terhadap tradisi kerja bakti yang sering dilakukan para santri dalam membantu pembangunan pondok pesantren.
Dody menekankan pentingnya pelatihan ini agar para santri dapat meneruskan budaya gotong royong, namun dengan mematuhi standar konstruksi. “Kami ingin memastikan bahwa semangat budaya gotong royong tidak hilang, tetapi diperkuat dengan pengetahuan yang tepat,” ujarnya.
Dengan program ini, Kementerian PU juga berharap dapat menghasilkan tenaga kerja konstruksi yang kompeten dari kalangan santri. Dody mengajak semua pihak untuk mendukung inisiatif ini demi masa depan yang lebih baik bagi pembangunan pesantren di tanah air.
Pentingnya Konstruksi yang Aman dan Berkualitas
Mendagri Tito Karnavian menyoroti insiden ambruknya Pondok Pesantren Al-Khoziny di Sidoarjo sebagai peringatan bagi semua pihak dalam menjaga kualitas bangunan. Ia menegaskan bahwa setiap bangunan harus mematuhi regulasi yang berlaku, khususnya terkait kelayakan bangunan.
Menurut Tito, pengawasan dan pemenuhan standar konstruksi menjadi hal yang sangat penting untuk keperluan infrastruktur pendidikan, termasuk pondok pesantren. “Ini adalah wake up call bagi kita semua untuk menjamin infrastruktur pesantren lebih baik di masa mendatang,” ujar Tito saat memberikan keterangan pers.
Tito menjelaskan bahwa saat ini setiap pembangunan di Indonesia diatur melalui Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) yang menggantikan Izin Mendirikan Bangunan (IMB). PBG mengatur lebih rinci terkait pembangunan, perubahan, perluasan, dan perawatan bangunan agar sesuai dengan standar teknis yang berlaku.
Analisis atas Insiden Ambruknya Gedung Pondok Pesantren
Kejadian ambruknya gedung Pondok Pesantren Al-Khoziny menyebabkan banyak korban jiwa, dengan laporan menyatakan bahwa jumlah kantong jenazah yang teridentifikasi telah mencapai 55 orang. Ini menjadi peristiwa tragis yang mencerminkan perlunya evaluasi ulang terhadap standar bangunan pondok pesantren di seluruh Indonesia.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat insiden ini sebagai salah satu yang paling memprihatinkan sepanjang tahun. Tim Disaster Victim Identification (DVI) telah bekerja keras dalam proses identifikasi untuk membantu keluarga korban.
Situasi ini juga menggugah perhatian banyak pihak mengenai tradisi kerja bakti santri dalam pembangunan pondok pesantren. Keberadaan tradisi ini harus didampingi oleh tenaga ahli agar risiko kecelakaan bisa diminimalkan.
Peran Santri dalam Pembangunan dan Keterlibatan Teknisi
Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat RI, Muhaimin Iskandar, alias Cak Imin, menyatakan bahwa perlu adanya penyesuaian pola dalam pelaksanaan kerja bakti di pondok pesantren. Ia menegaskan bahwa keterlibatan santri dalam pembangunan harus disertai dengan pendampingan dari tim teknisi yang berkompeten.
Cak Imin juga mengingatkan pentingnya penggunaan keahlian dan perhitungan teknik yang tepat dalam setiap proyek pembangunan. “Setiap pengembangan fasilitas di pesantren harus dilakukan dengan hati-hati dan cermat, melibatkan tim profesional untuk hasil yang terbaik,” ujarnya.
Pentingnya keseimbangan antara tradisi dan keahlian modern dalam pembangunan tidak bisa dipandang sebelah mata. Dalam konteks ini, kombinasi antara budaya gotong royong dan penguasaan teknik konstruksi akan menghasilkan lingkungan pendidikan yang lebih aman dan efektif.




