Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan kejadian tragis di Brebes, Jawa Tengah, yang menyebabkan dua warga kehilangan nyawa setelah tersengat listrik ketika terseret oleh arus banjir bandang. Insiden ini terjadi pada Sabtu (8/11) dan menjadi perhatian publik karena dampaknya yang cukup besar.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan, Abdul Muhari, mengkonfirmasi bahwa kedua korban tersebut terdampak langsung oleh bencana alam yang melanda daerah tersebut. Keterangan resmi menyatakan bahwa situasi ini tidak hanya menimbulkan korban jiwa tetapi juga kerusakan infrastruktur yang signifikan.
Menurut Abdul, banjir bandang tersebut diakibatkan oleh luapan sungai yang menyapu tiga kecamatan: Sirampog, Bumiayu, dan Bantarkawung. Data awal menunjukkan bahwa delapan unit rumah dan satu fasilitas pendidikan mengalami kerusakan akibat banjir tersebut.
Dampak Banjir Bandang di Brebes dan Penanganannya
Selain korban jiwa, jembatan Bantarwaru yang merupakan penghubung antara desa Bangbayang dan Bantarwaru juga terputus akibat bencana ini. Kerusakan infrastruktur ini sangat mempengaruhi mobilitas masyarakat setempat, sehingga perlu ada langkah-langkah cepat untuk melakukan perbaikan.
Hujan lebat yang disertai angin kencang juga mengakibatkan kerusakan pada rumah-rumah warga di Desa Dawuhan, Kecamatan Sirampog. Dalam laporan awal, Abdul mengungkapkan bahwa dua unit rumah mengalami kerusakan berat, sementara sepuluh lainnya rusak ringan.
Selain itu, sejumlah warga terpaksa mengungsi ke rumah tetangga mereka akibat situasi yang tidak aman. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Brebes telah melakukan penilaian di lapangan serta evakuasi untuk warga yang terdampak secara langsung oleh bencana ini.
Kondisi Geografis Kecamatan Sirampog dan Kerentanan Bencana
Kecamatan Sirampog dikenal memiliki karakteristik geografis perbukitan yang curam dengan ketinggian berkisar antara 875 hingga 1.000 mdpl. Ada potensi pergerakan tanah yang cukup tinggi di wilayah ini, sehingga kebijakan mitigasi bencana harus diperkuat agar masyarakat dapat lebih siap menghadapi risiko yang timbul.
Menurut data BNPB, sebelumnya di bulan April 2025, di Desa Mendala juga terjadi fenomena gerakan tanah yang menyebabkan kerusakan pada 114 unit rumah. Insiden-insiden tersebut menunjukkan perlunya perhatian serius terhadap struktur ekosistem wilayah ini.
BNPB dan BPBD Kabupaten Brebes mula-mula melakukan relokasi bagi warga yang tinggal di daerah rawan. Relokasi tersebut memberikan hunian yang lebih aman sehingga masyarakat merasa terlindungi dari potensi bencana di masa depan.
Antisipasi Bencana di Wilayah Bumiayu dan Pentingnya Kesiapsiagaan
Kecamatan Bumiayu juga dinyatakan dalam kondisi berisiko tinggi terhadap bencana alam. Kota kecil ini dikelilingi oleh pegunungan dan bukit dengan ketinggian rata-rata 690 mdpl, yang meningkatkan kemungkinan terjadinya bencana alam secara tiba-tiba akibat hujan deras.
Topografi Bumiayu, yang terdiri dari lereng bukit curam dan lembah cekungan, memerlukan perhatian khusus dalam hal pengelolaan sumber daya alam. Pengelolaan air yang baik dan penanaman vegetasi dapat membantu menjaga kestabilan tanah serta memperkecil risiko bencana.
Monitoring yang rutin terhadap daerah rawan serta penanaman vegetasi penguat struktur tanah menjadi penting. Selain itu, perbaikan di kawasan hulu sungai juga direkomendasikan sebagai langkah preventif untuk mengatasi potensi bencana yang lebih besar di masa mendatang.
Pentingnya Pembentukan Desa Tangguh Bencana dalam Mitigasi
Untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat, pembentukan dan penguatan Desa Tangguh Bencana (Destana) sangat diperlukan. Destana berfungsi sebagai sistem pendukung dalam mengurangi dampak bencana yang mungkin terjadi di waktu-waktu mendatang.
Dukungan dari pemerintah daerah dan masyarakat sangat penting dalam mewujudkan Destana. Dengan adanya kerjasama yang baik, masyarakat dapat lebih siap dan tangguh dalam menghadapi bencana.
Pendidikan dan pelatihan terkait kesiapsiagaan bencana juga perlu dilakukan secara berkala. Melalui langkah-langkah proaktif ini, diharapkan masyarakat bisa memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menghadapi situasi darurat yang akan datang.




