Di tengah kondisi perekonomian yang semakin menantang, banyak pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) menemukan cara inovatif untuk bertahan dan berkembang. Salah satunya adalah PT Azaki Food Internasional yang berhasil memanfaatkan program Makan Bergizi Gratis untuk memperluas jangkauan pasar mereka.
Direktur perusahaan Cucup Ruhiat mengungkapkan bahwa inisiatif tersebut tidak hanya membantu perusahaan, tetapi juga memberikan dampak positif bagi petani dan produsen lokal. Dengan memasok tempe ke 12 negara di Asia dan Eropa, Azaki menunjukkan bahwa produk lokal bisa bersaing di pasar internasional.
Melalui program ini, Cucup menyatakan bahwa mereka mampu mendukung ratusan dapur MBG di 15 kota. Ini adalah langkah yang signifikan untuk peningkatan pendapatan tidak hanya bagi perusahaan, tetapi juga bagi para petani kedelai yang menjadi pemasok utama.
Manfaat Program Makan Bergizi Gratis bagi Ekonomi Lokal
Program Makan Bergizi Gratis tidak hanya menawarkan makanan kepada yang membutuhkan, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi bagi UMKM setempat. Salah satu pencapaian yang paling menonjol adalah meningkatnya permintaan akan tempe sebagai sumber protein nabati.
Cucup menyatakan bahwa satu rumah produksi mereka dapat menyuplai antara lima hingga 15 dapur MBG. Dengan cara ini, mereka turut berkontribusi dalam peningkatan kesejahteraan petani kedelai dan pengusaha tempe. Ini jelas menunjukkan bahwa keberhasilan bisnis mereka beriringan dengan pertumbuhan ekonomi lokal.
Selama pandemi, peluang ini semakin terbuka lebar. Banyak perusahaan yang mencari alternatif sumber bahan baku, termasuk tempe, yang memiliki nutrisi tinggi dan harga terjangkau. Hal ini memberikan dorongan bagi Azaki untuk terus meningkatkan produksi mereka.
Perjalanan Bisnis Cucup Ruhiat dan Azaki Food Internasional
Cucup memulai perjalanan bisnisnya pada tahun 2005 bersama kakaknya. Mereka ingin membantu para perajin tempe meningkatkan kualitas dan manajemen produk agar dapat bersaing lebih baik di pasar yang semakin kompetitif. Namun, setelah hampir satu dekade, usaha mereka mengalami stagnasi.
Pada tahun 2016, ia memutuskan untuk belajar kembali dan memperbaiki segala aspek bisnisnya. Cucup kembali ke dasar-dasar produksi tempe dan belajar tentang manajemen serta standar industri. Kerja kerasnya membuahkan hasil setelah ia berhasil mendapatkan berbagai sertifikat penting seperti sertifikat halal dan keamanan pangan.
Usahanya untuk mengeksplorasi produk baru juga belum membuahkan hasil yang signifikan. Meskipun ia mencoba membuat keripik tempe, produk tersebut kurang diminati oleh pasar. Tapi, Cucup tidak menyerah, ia terus mengembangkan jaringan dan belajar dari produsen yang lebih berpengalaman.
Peluang Emas di Masa Pandemi dan Digitalisasi
Masuknya era pandemi merupakan titik balik yang tidak terduga bagi Cucup dan perusahaan. Ketika banyak bisnis terpuruk, proses perizinan yang sebelumnya rumit kini beralih ke sistem digital. Ini membuatnya jauh lebih mudah untuk mengurus segala macam dokumen yang dibutuhkan.
“Pandemi justru membuat semuanya lebih mudah karena semuanya online. Saya sangat terbantu,” ungkap Cucup. Keberhasilan ini membuat produksi tempe Azaki melonjak, berkat permintaan yang terus meningkat dari berbagai pihak.
Dengan pola pikir inovatif dan adaptif, Cucup berhasil membawa Azaki dari dapur kecil ke skala industri yang lebih luas. Permintaan yang tinggi saat ini tidak hanya berasal dari dalam negeri tetapi juga dari luar negeri, menjadikan Azaki pemain global di pasar tempe.




