Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Yahya Cholil Staquf, yang akrab disapa Gus Yahya, baru-baru ini memenuhi undangan dari para kiai sepuh dalam Forum Sesepuh dan Mustasyar di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang. Kunjungan ini menjadi momen penting bagi Gus Yahya untuk menjalin silaturahmi dan membahas berbagai isu yang dihadapi organisasi Nahdlatul Ulama.
Ketika tiba di Tebuireng, Gus Yahya dan rombongannya langsung melakukan ziarah ke makam para masyayikh yang terkenal dengan sejarah yang kaya. Setelah menjalani ziarah, mereka melanjutkan dengan salat zuhur di masjid pesantren, yang menjadi simbol kedekatan serta tradisi religius dalam komunitas ini.
Setelah melaksanakan salat, rombongan Gus Yahya mengadakan pertemuan tertutup dengan pengasuh Tebuireng di Ndalem Kasepuhan. Pertemuan ini bukan hanya sekadar formalitas, tetapi juga menjadi wadah untuk menjawab berbagai pertanyaan dan isu krusial yang sedang berkembang di PBNU saat ini.
Pertemuan dengan Kiai Sepuh di Pondok Pesantren Tebuireng
Gus Yahya dalam pertemuan tersebut menyatakan kesiapannya untuk menjawab semua pertanyaan dari para kiai sepuh. Dengan penuh rasa hormat, ia mengungkapkan tekadnya untuk siap menjelaskan setiap topik yang dijadikan diskusi.
Ia juga memboyong sejumlah dokumen dan berkas siap pakai sebagai bentuk transparansi serta akuntabilitas. Kehadiran dokumen ini menunjukkan bahwa Gus Yahya berkomitmen untuk membuka dialog yang konstruktif dan menegaskan niatnya untuk menyelesaikan konflik yang ada.
Para kiai sepuh yang hadir dalam pertemuan itu termasuk KH Abdul Hakim Machfudz, KH Anwar Mansyur, dan KH Nurul Huda Djazuli. Keberadaan mereka menambah legitimasi serta kepercayaan terhadap proses dialog ini, apalagi mereka merupakan tokoh penting dalam organisasi Nahdlatul Ulama.
Konflik Internal di Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
Konflik internal di PBNU mulai mencuat setelah beredarnya dokumen risalah rapat yang menuntut agar Gus Yahya mundur dari posisinya. Dokumen yang ditandatangani oleh Rais Aam ini menjadi sumber ketegangan di dalam organisasi, memunculkan berbagai spekulasi dan reaksi di kalangan pengurus.
Seiring dengan itu, ada anggapan bahwa Gus Yahya memiliki keterkaitan dengan jaringan zionisme internasional dan dianggap melanggar tata kelola keuangan yang berlaku. Tuduhan-tuduhan ini semakin memperkeruh suasana di tubuh organisasi dan membuat banyak pihak merasa perlu untuk bersikap.
Surat edaran menyusul muncul, menyebut Gus Yahya sudah tidak lagi menjadi ketua umum. Menanggapi pernyataan tersebut, Gus Yahya bersikeras bahwa ia tetap menjabat dan menganggap surat itu tidak sah.
Lanjutan Ketegangan dan Langkah-Langkah yang Ditempuh
Polemik semakin berlanjut ketika Gus Yahya memutuskan untuk mencopot beberapa pejabat di PBNU, termasuk Menteri Sosial yang juga menjabat sebagai Sekretaris Jenderal. Tindakan ini menunjukkan ketidakpuasan dan usaha untuk merestorasi kepemimpinan yang diyakininya lebih sesuai dengan visi organisasi.
Di sisi lain, Rais Aam PBNU menyatakan secara tegas bahwa Gus Yahya tidak lagi memiliki kewenangan menggunakan atribut Ketua Umum. Pernyataan ini mengundang reaksi beragam dari berbagai kalangan, baik di dalam maupun luar organisasi.
Situasi ini pun semakin kompleks ketika adanya rencana muktamar yang akan membahas posisi dan kepemimpinan Gus Yahya. Dalam muktamar ini, tim pencari fakta juga akan dibentuk untuk menyelidiki berbagai isu dan masalah yang terjadi di tubuh PBNU, untuk mencari jalan keluar yang terbaik.
Forum Musyawarah dan Harapan untuk Islah
Dalam menghadapi masalah ini, beberapa kiai sepuh membentuk Forum Musyawarah untuk membahas langkah-langkah ke depan. Forum ini digerakkan oleh kiai-kiai terkemuka untuk menjembatani komunikasi di dalam organisasi yang tengah mengalami friksi.
Para kiai yang hadir dalam forum ini menunjukkan komitmen mereka untuk menemukan titik temu dan solusi dari masalah yang ada. Melalui dialog yang terbuka, diharapkan semua pihak dapat kembali bersatu demi kemaslahatan organisasi yang lebih besar.
Dari hasil forum, Juru Bicara Pesantren Lirboyo mengungkapkan rasa keprihatinan atas keadaan yang tengah terjadi di PBNU. Harapan besar disampaikan agar segera tercapai islah dan persatuan kembali terjalin di antara semua pihak.




