Kasus perundungan di lingkungan sekolah sudah menjadi permasalahan yang serius di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. Setiap tahun, semakin banyak laporan mengenai perundungan yang berujung pada trauma psikologis, bahkan kematian, dari para korban yang tidak memiliki dukungan yang memadai.
Perundungan ini tidak hanya berdampak pada kesehatan mental korban, tetapi juga menyebar seperti virus, mempengaruhi lingkungan sekolah secara keseluruhan. Oleh karena itu, penting untuk memahami dan menangani masalah ini sebelum semakin banyak korban berjatuhan.
Artikel ini akan membahas beberapa kasus perundungan yang terjadi di dunia pendidikan di Indonesia selama beberapa tahun terakhir. Melalui data dan kisah nyata, kita akan melihat betapa seriusnya dampak dari perundungan ini.
Kasus Perundungan Maut di Indonesia di Tahun 2023
Tahun 2023 mencatat sejumlah kasus tragis yang membuat masyarakat tersentak. Salah satu insiden yang mencolok terjadi di Kota Medan, di mana seorang siswa berusia delapan tahun, Ibrahim Hamdi, meninggal dunia setelah diduga menjadi korban perundungan dari lima kakak kelasnya.
Ibu korban menjelaskan bahwa Baim, begitulah panggilan akrabnya, mengalami gangguan kesehatan setelah insiden tersebut. Ia tidak hanya mengalami demam, tetapi juga menderita ketakutan luar biasa yang mengganggu keseharian hidupnya.
Setelah dirujuk ke rumah sakit, nyawa Baim tidak dapat diselamatkan, menambah daftar panjang kasus bullying yang berujung fatal di negeri ini. Kasus seperti ini menuntut perhatian serius dari pihak berwenang dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih aman.
Kasus Perundungan Tragis di Sekolah Dasar Lainnya
Selain Baim, ada pula kasus seorang siswa di SDN Tambun Selatan, Bekasi, yang meninggal dunia akibat tindakan serupa. Korban berinisial F, yang berusia sekitar sepuluh tahun, mengalami cedera serius akibat perundungan yang dilakukan oleh teman-temannya.
Awalnya, insiden terjadi saat F ditekel oleh teman-temannya, yang menyebabkan cedera serius pada kakinya. Sebelum ia menyadari bahaya yang mengancam, F terpaksa menjalani prosedur medis yang sangat menyakitkan, bahkan diagnosis menunjukkan ia mengalami kanker tulang akibat cedera tersebut.
Kasus F menunjukkan bagaimana perundungan bisa berujung pada konsekuensi yang sangat berbahaya, tidak hanya bagi kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan mental si anak. Keluarga korban sangat terpukul dan berharap agar tindakan tegas dapat diambil untuk mencegah kasus serupa di masa depan.
Perundungan di Tingkat Sekolah Menengah dan Universitas
Tidak hanya di tingkat SD, kasus perundungan juga terjadi di tingkat yang lebih tinggi. Di Tahun 2024, seorang siswa kelas 3 SD di Kabupaten Subang, ARO, meninggal dunia setelah dirundung oleh kakak kelasnya. Ia mengalami koma dan akhirnya dinyatakan meninggal setelah enam hari dirawat di rumah sakit.
Kasus ini menjadi perhatian publik karena pihak kepolisian harus turun tangan untuk menyelidiki insiden yang sangat menyedihkan ini. Setelah dilakukan autopsi, terungkap bahwa korban mengalami mati batang otak, menandakan kekerasan yang dialaminya sangat mengerikan.
Di dunia universitas, kasus perundungan juga merebak. Seorang mahasiswi Program Pendidikan Dokter Spesialis di Universitas Diponegoro, Aulia Risma, diduga mengakhiri hidupnya akibat perundungan dan pemerasan dari para seniornya. Kasus ini menggugah perhatian banyak pihak dan menunjukkan bahwa perundungan bisa terjadi di mana saja.
Langkah Untuk Mengatasi Masalah Perundungan di Sekolah
Untuk mencegah dan mengatasi masalah perundungan, diperlukan langkah-langkah yang lebih efektif dari semua pihak. Pertama, pihak sekolah harus memberikan pendidikan yang lebih baik mengenai kebersamaan dan empati kepada para siswa. Mereka harus diajarkan untuk menghormati satu sama lain dan memahami konsekuensi dari tindakan yang mereka lakukan.
Kedua, orang tua dan masyarakat juga memiliki peran yang sangat vital. Mereka perlu menjadi teladan bagi anak-anaknya dalam berperilaku baik dan saling menghormati. Kebiasaan berbicara terbuka tentang perasaan dan pengalaman bisa membantu mengurangi perundungan.
Selain itu, sistem pelaporan yang cepat dan efektif perlu diterapkan di setiap sekolah. Siswa yang menjadi korban perundungan harus merasa aman untuk melaporkan tindakan tersebut tanpa takut akan balasan. Sistem pendukung ini akan membantu menciptakan lingkungan yang lebih aman dan nyaman bagi setiap siswa.




