Desakan evaluasi program Makan Bergizi Gratis (MBG) tidak hanya datang dari para pemerhati pendidikan dan kesehatan, tetapi juga dari berbagai kalangan, termasuk pelajar di Jawa Barat. Mereka mengajukan permintaan ini terutama terkait dengan maraknya kasus keracunan makanan yang pernah terjadi.
Jaringan siswa yang dikenal sebagai Poros Pelajar Jabar, terdiri dari berbagai organisasi pelajar, menyampaikan desakan tersebut kepada DPRD Jawa Barat sebagai wujud kepedulian. Mereka berharap tindakan yang tepat dapat diambil untuk melindungi kesehatan dan keselamatan pelajar.
Pernyataan-pernyataan dari para pelajar ini mencerminkan kekhawatiran yang mendalam akan keamanan makanan yang disediakan dalam program MBG. Mereka merasa penting untuk terlibat dalam evaluasi dan pengawasan agar program ini berjalan efektif dan aman bagi semua peserta.
Masalah Keracunan yang Semakin Marak dan Dampaknya terhadap Pelajar
Maraknya kasus keracunan makanan di berbagai daerah di Jawa Barat memicu perhatian serius dari masyarakat. Data menunjukkan bahwa jumlah pelajar yang terkena dampak cukup signifikan, dengan korban yang tersebar di beberapa wilayah.
Di antaranya, Kabupaten Bandung Barat melaporkan jumlah korban mencapai 1.333 siswa, sedangkan Kabupaten Garut dan Cianjur juga melaporkan angka yang tidak kalah mencengangkan. Hal ini menunjukkan bahwa masalah keracunan makanan merupakan isu serius yang perlu ditangani secara seksama.
Kasus terbaru yang terjadi di Desa Luragung, Kabupaten Kuningan, menambah panjang daftar insiden terkait makanan yang tidak layak konsumsi. Dengan situasi yang mengkhawatirkan ini, pelajar merasa bahwa evaluasi terhadap program MBG harus dilakukan dengan mendalam.
Pentingnya Keterlibatan Pelajar dalam Evaluasi Program
Pihak Poros Pelajar Jabar menekankan bahwa pelajar sebagai penerima manfaat utama dalam program MBG, memiliki hak untuk terlibat dalam evaluasi program ini. Kehadiran mereka dalam diskusi menunjukkan bahwa mereka ingin berkontribusi untuk perbaikan dan menjamin kualitas makanan yang diberikan.
Dalam audiensi yang diadakan dengan DPRD, mereka menyampaikan sejumlah temuan serta rekomendasi yang dianggap perlu untuk diterapkan. Ini adalah langkah positif untuk menciptakan program yang tidak hanya aman tetapi juga bermanfaat bagi kesehatan pelajar.
Desakan untuk melibatkan pelajar dalam evaluasi program mencerminkan kesadaran akan pentingnya kolaborasi antara pihak pemerintah, pelajar, dan masyarakat. Dengan mendengarkan suara mereka, diharapkan kebijakan yang diambil bisa lebih tepat sasaran.
Rekomendasi untuk Memperbaiki Program Makan Bergizi Gratis
Pada kesempatan tersebut, Poros Pelajar menyampaikan empat rekomendasi utama kepada DPRD Jawa Barat. Rekomendasi ini berfokus pada peningkatan kualitas dan keamanan dalam pelaksanaan program MBG.
Rekomendasi pertama adalah penguatan dasar hukum yang diperlukan agar program ini memiliki landasan yang jelas. Hal ini diharapkan bisa memperkuat koordinasi antar lembaga terkait dan meningkatkan akuntabilitas dalam pengawasan pangan.
Selanjutnya, desentralisasi pengelolaan program juga menjadi fokus. Memberikan kewenangan lebih kepada pemerintah daerah memungkinkan pengadaan bahan pangan dilakukan secara lokal, yang akan membantu mendukung ekonomi setempat.
Pembentukan komite pengawas independen merupakan rekomendasi ketiga, di mana pelibatan masyarakat sipil dan akademisi diharapkan dapat meningkatkan transparansi dalam pelaksanaannya. Komite ini akan memastikan bahwa setiap langkah yang diambil dalam program MBG mengikuti standar yang aman dan baik.
Rekomendasi terakhir menyoroti perlu adanya reformasi dalam kemitraan ekonomi lokal. Ini mencakup upaya mendukung pelaku usaha kecil, termasuk UMKM dan koperasi, agar bisa berperan serta dalam penyediaan makanan bergizi bagi pelajar.




