Kejadian perundungan di SMPN 19 Kota Tangerang Selatan, yang melibatkan siswa berinisial MH (13), mengundang perhatian publik dan memicu upaya penegakan hukum. Pihak kepolisian setempat kini tengah menyelidiki kasus ini dengan serius, melibatkan berbagai pihak, termasuk Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).
“Sat Reskrim Polres Tangsel berinisiatif untuk melakukan penyelidikan yang lebih mendalam setelah menerima laporan informasi terkait dugaan perundungan tersebut,” ujar Kasi Humas Polres Tangerang Selatan, AKP Agil Sahril. Ia menambahkan bahwa sejumlah saksi sudah dimintai keterangan untuk menggali lebih jauh tentang insiden yang sangat disayangkan ini.
Tim penyidik tidak hanya berfokus pada pihak-pihak yang terlibat dalam kasus ini, tetapi juga berupaya mendengarkan cerita dari korban dan keluarganya. Melibatkan Dinas Pendidikan dan UPT PPA Kota Tangsel menunjukkan bahwa masalah ini dianggap serius oleh semua pihak berkepentingan.
Langkah-langkah Penyidikan Kasus Perundungan di Sekolah
Penyelidikan oleh kepolisian dimulai dengan pemanggilan enam saksi, termasuk guru-guru yang mengajar di sekolah tersebut. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang lebih utuh tentang apa yang terjadi pada hari-hari sebelum dan sesudah insiden perundungan itu.
Selama proses ini, polisi berupaya mendalami kondisi psikologis para siswa yang menjadi saksi, guna memastikan bahwa mereka merasa aman untuk berbicara. Pendekatan yang dilakukan oleh pihak kepolisian sangat penting untuk menjaga kepercayaan masyarakat kepada institusi hukum.
Keterlibatan pihak KPAI dalam penyelidikan menambah dimensi penting bagi kasus ini. KPAI memiliki pengalaman dalam penanganan kasus kekerasan terhadap anak, sehingga harapannya setiap langkah yang diambil dapat mengedepankan kepentingan dan keselamatan anak-anak.
Dampak Perundungan pada Korban dan Lingkungan Sekolah
Perundungan bukan hanya berdampak pada fisik korban, tetapi juga pada kesehatan mentalnya. Kejadian di SMPN 19 menjadi pengingat bagi banyak orang tentang pentingnya menciptakan lingkungan belajar yang aman dan inklusif.
Korban perundungan, Muhamad Hisyam, meninggal dunia setelah seminggu dirawat di rumah sakit. Ini menjadi tragedi yang sangat menyedihkan, yang seharusnya tidak perlu terjadi di lingkungan pendidikan.
Dampak dari perundungan bisa berkepanjangan. Korban sering kali mengalami trauma yang mempengaruhi hubungan sosial mereka dan kualitas hidup secara keseluruhan. Oleh karena itu, penting bagi sekolah untuk memiliki kebijakan yang jelas mengenai anti-perundungan.
Peran Sekolah dalam Mencegah Kasus Perundungan
Sekolah memiliki tanggung jawab besar dalam menciptakan lingkungan yang tidak hanya aman tetapi juga mendukung perkembangan siswa secara positif. Kebijakan anti-perundungan yang jelas dan pelatihan bagi staf pengajar bisa menjadi langkah awal yang baik.
Penting juga bagi sekolah untuk mengedukasi siswa tentang dampak negatif dari perundungan. Program-program kesadaran, diskusi, dan seminar bisa dilakukan untuk menyebarkan pemahaman mengenai pentingnya menghargai sesama teman.
Kerjasama antara orang tua dan pihak sekolah juga menjadi faktor penentu dalam mencegah perundungan. Komunikasi yang baik dapat membantu menciptakan atmosfer yang sehat bagi siswa di sekolah.




